BAMAKO, KOMPAS.com - Pasukan Mali menyerang istana presiden di ibukota Bamako beberapa jam setelah terjadi pemberontakan. Para tentara pembelot dan pasukan yang loyal dengan pemerintah terlibat baku tembak, dan seorang pejabat kementerian pertahanan kepada BBCmembenarkan bahwa sedang terjadi kudeta.

Para pemberontak mengatakan mereka tidak dibekali persenjataan yang cukup oleh pemerintah ketika memerangi pemberontakan etnis Tuareg.

AS dan Perancis mendesak tentara dan pemerintah untuk menyelesaikan perselisihan mereka secara damai.

Selama satu hari terjadi peristiwa saling tembak di Bamako, dan kendaraan lapis baja bergerak melindungi istana presiden.

Seorang petugas penjaga istana presiden menggambarkan pertempuran kepada kantor berita AFP. "Kami sedang menjaga istana presiden. Orang-orang menembak ke arah kami dan kami balas menembak," kata dia.

Koresponden BBC di Afrika Barat Thomas Fessy melaporkan tidak jelas apakah Presiden Amadou Toumani Toure berada di dalam istana.

Rebut stasiun radio

Sebelum menyerang istana presiden, para pemberontak mengambil alih radio dan televisi milik pemerintah di Bamako dan menghentikan siaran. Kerusuhan terjadi ketika menteri pertahanan memulai sebuah kunjungan ke barak militer di bagian utara ibukota.

Tentara melakukan tembakan ke udara selama inspeksi, dan dengan cepat memperkuat keamanan di sekitar di istana presiden. Pasukan pemerintah sedang berupaya untuk mengatasi pemberontakan etnis Tuareg, dan juga dilaporkan menentang pembicaraan dengan pemberontak.

Suku Tuareg telah memaksa tentara keluar dari wilayah bagian utara negeri itu dalam beberapa bulan terakhir. Awal pekan ini Ecowas, organisasi regional Afrika Barat, mendesak negara anggotanya untuk mendukung Mali dengan bantuan peralatan militer dan logistik.

Pemberontakan ini terjadi hanya sebulan sebelum pemilu presiden digelar. Dan pemerintah sejauh ini menolak untuk menunda pemilu, meskipun terjadi kerusuhan yang melibatkan para pemimpin Tuareg.

0 Comment:

 
Top