Pulau Seribu Masjid, demikian julukan Pulau Lombok di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang penuh dengan keindahan alam lautnya. Pulau Lombok memiliki Kabupaten Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Barat dan Pemerintah kota Mataram. Wisata alam pantai menjadi magnet terbesarnya.
Soal wisata pantai, keelokan Gili Trawangan tidak terbantahkan. Merupakan pulau kecil dari tiga Gili atau pulau di sebelah barat laut Lombok yakni Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan sendiri.
Gili Trawangan terkenal dengan terumbu karangnya yang indah, pasir putih, dan ombak yang bersahabat bagi pecinta olahraga air seperti surfing, snorkeling dan diving.
Memiliki panjang 3 kilometer dan lebar 2 kilometer, Gili Trawangan didiami sekitar 800 jiwa. Aktivitas di pulau nan elok ini terjadi sepanjang hari. Bahkan, menurut pemandu wisata Maruta Tour, Iskandar, Gili Trawangan dijuluki sebagai pulau tak pernah tidur.
Menjaga kenyamanan dan mendukung pariwisata setempat, pemerintah kota melarang izin angkutan umum. “Tidak terdapat kendaraan bermotor, karena tidak diizinkan oleh aturan lokal. Sarana transportasi yang lazim adalah sepeda dan cidomo,” kata Iskandar pekan lalu saat Harian Jogja berkunjung ke sana. Cidomo merupakan kereta kuda sederhana yang umum dijumpai di Lombok.
Yang kedua adalah Senggigi merupakan kawasan pusat wisata yang terletak di lembah yang menghadap langsung ke laut Senggigi. Pantai yang melengkung ini terkenal dengan pasir putih juga kejernihan air lautnya.
Pantai Senggigi memiliki keindahan sederhana. Berbeda dengan Gili Trawangan yang menjadi lapangan berjemur wisatawan, Pantai Senggigi tetap memiliki pesona diamnya. Wisatawan justru banyak menikmati hiburan malam di kafe-kafe sepanjang Jalan Senggigi dibanding berjemur di Pantai.
Senggigi menawarkan banyak tempat hiburan, sebagian hotel-hotel juga memanjakan tamu mereka dengan sajian musik akustik. Bagi yang gemar karaoke ditawarkan banyak pilihan restauran yang mempunyai fasilitas live music.
Pantai Kuta
Desa Kuta dengan pasir putihnya terletak di pantai selatan Pulau Lombok. Dikelilingi oleh deretan perbukitan, pemandangan Pantai Kuta nampak masih perawan. Saat cuaca cerah, puncak Rinjani yang jauh di utara juga dapat terlihat.
Tidak jauh dari tempat itu terdapat Desa Sukarara, tepatnya sekitar 20 kilometer dari Kota Mataram. Sebagai sentra tenun kain khas Sasak, kegiatan sehari-hari masyarakat desa ini adalah menenun songket dan tenun ikat.
Tak lengkap jika berkunjung ke Lombok tanpa mampir di Taman Narmada, tempat permandian dengan sumber air yang diyakini membuat awet muda. Iskandar menyatakan, konon ada air awet muda yang berasal dari pegunungan. “Di sini juga menjadi tempat permandian raja zaman dahulu,” katanya.
Taman dengan konsep bangunan kuno itu banyak memiliki undakan tangga dengan pemandangan lembah dan danau buatan. Air awet muda bisa diperoleh wisatawan dari bangunan rumah kecil di samping kolam permandian. Didalam rumah kecil itu terdapat juru kunci yang akan melakukan ritual keagaamaan Hindu sebelum memberikan air itu untuk diminum.
Taman Narmada sendiri menurut pemandu wisata setempat, Junadi, merupakan tempat bersejarah yang di bagun oleh Anak Agung Gede Ngurah, salah satu raja Bali yang di bagun pada tahun 1805. Di taman ini wisatawan bisa menyaksikan miniatur gunung Rinjani serta Segara Anak yang berada di puncaknya. “Taman dulunya diyakini menjadi tempat istirahat untuk mempermudah proses ritual yang biasanya dilakukan Raja beserta keluarga di Gunung Rinjani,” kata Junadi.
Di pintu keluar Taman Narmada, wisatawan disuguhi pasar kecil yang menawarkan jajaran perhiasan mutiara, kain-kain tradisional NTB, dan beberapa oleh-oleh lainnya.
Pulau Seribu Masjid
Sepanjang jalan di pulau Lombok serasa tak lepas dari padangan bangunan Masjid. Setiap kampung dan desa di Lombok memiliki Masjid. Bahkan, dalam satu kelurahan terdapat lebih dari tiga Masjid.
Salah satu Masjid tertua, yakni Masjid Al-Ra’isiyah atau lebih dikenal dengan sebutan Masjid Bengak dapat ditemukan di Kota Mataram, tepatnya di Kampung Sekarbela, Kelurahan Karang Pule, Kecamatan Sekarbela, Mataram. Masjid itu merupakan peninggalan tokoh Islam ternama yang hidup sekitar abad ke-17 Masehi bernama Gaus Abdul Razak.
Ketika Harian Jogja memperhatikan, kebanyakan bangunannya masjid nampak kokoh dan mewah dengan ukuran yang besar dan megah. Banyak di antaranya tampak masih berupa kerangka bangunan yang belum sempurna sebagai masjid. “Masjid baru jadi rata-rata 8-12 tahun tergantung dana masyarakat yang terkumpul waktu panen atau pulang TKI,” urai Nining, pemandu wisata dari Maruta Tour.
Menurut catatan, sedikitnya ada 5.478 masjid dibangun di pulau berpenduduk 2,6 juta itu. Maklum, meski budaya Bali masih kental, hampir 93% dari jumlah penduduknya, adalah pemeluk agama Islam. Setiap satu hingga dua kilometer, berdiri sebuah masjid yang megah.
Di Pulau Lombok ini, warga seolah berlomba membangun masjid di lingkungannya masing-masing. Anggaran untuk mendirikan masjid, dikumpulkan dari penduduk secara sukarela. Mereka tidak mempermasalahkan jika Masjid yang didirikan berdekatan satu sama lain.

0 Comment:

 
Top