Sekilas tidak ada yang terlalu istimewa dengan Masjid Wapauwe di Kaitetu, Maluku Tengah. Namun rupanya, bangunan yang dikenal sebagai masjid tertua di Maluku itu terbuat dari sagu!
Bukti sejarah kebudayaan Islam di Maluku telihat jelas dari berdirinya masjid penuh dengan nilai sejarah di Kaitetu, Maluku Tengah. Masjid tersebut bernama Wapauwe dan sudah ada sejak abad ke-14.
Di luar keistimewaan Masjid Wapauwe sebagai rumah ibadah bersejarah, ternyata ada keunikan yang dimiliki oleh bangunan ini. Hampir semua material masjid berbahan baku yang berasal dari tumbuhan sagu. Wow!
Masjid ini dibuat tanpa paku, semen dan bahan material lainnya yang biasa digunakan oleh sebuah bangunan. Masjid Wapauwe berdinding gaba-gaba atau pelepah sagu yang dikeringkan. Atapnya diselimuti daun rumbia yang selalu dirawat dengan baik. Bangunan utama masjid berukuran hanya 10 x 10 meter saja. Namun, kemudian dibangunlah ruangan tambahan berukuran 6,35 x 4,75 meter.
Selain unik, rupanya masjid ini juga diselimuti mitos. Menurut cerita yang berkembang di tengah masyarakat, dulu sebenarnya Masjid Wapauwe tidak terletak di Kaitetu, tapi di Tehala, desa yang berada di atas bukit dan tidak jauh dari Kaitetu. Masyarakat Tehala berpindah ke Kaitetu tentu tanpa membawa masjid tersebut.
Akan tetapi, pada suatu pagi ketika masyarakat bangun dari tidurnya, Masjid Wapauwe secara gaib telah berada di tengah-tengah pemukiman penduduk di Kaitetu!
“Menurut kepercayaan kami (masyarakat Kaitetu), masjid ini berpindah secara gaib. Karena menurut cerita orang tua kami, saat masyarakat bangun pagi ternyata masjid sudah ada,” ungkap warga Kaitetu, Ain Nukuhaly yang dikutip dari Wikipedia, Rabu (18/7/2012).
Secara logika, hal itu tentunya tidak masuk akal. Bagaimana caranya masjid berpindah posisi dengan sendirinya dari atas bukit ke pesisir pantai. Namun hal itulah yang dipercaya masyarakat Kaitetu.
Hingga saat ini, Masjid Wapauwe masih digunakan sebagai tempat ibadah. Walaupun berada bukan di pusat kota dan sudah ada masjid baru di desa tersebut, tapi jamaah Masjid Wapauwe terbilang banyak. Selain masyarakat sekitar, banyak juga musafir yang jauh-jauh datang dengan sengaja untuk melihat dan merasakan bagaimana rasanya salat di dalam masjid yang terbuat dari sagu.
Wisatawan yang datang selalu dimanjakan dengan keramahan masyarakat Kaitetu. Kecintaan masyarakat sekitar terhadap Masjid Wapauwe juga dibuktikan dengan merawatnya secara sungguh-sungguh. Bagi mereka, masjid ini adalah peninggalan nenek moyang yang tak ternilai harganya.
Tidak hanya eksterior, interior masjid juga masih sangat terawat. Di dalamnya terdapat bedug tua berukuran sedang yang masih sangat terawat. Yang paling menarik adalah adanya Al-Quran tulisan tangan yang sudah uzur. Al-Quran tersebut masih bisa digunakan, hanya saja kertasnya sudah mulai rapuh termakan usia.
Sepertinya setiap jengkal di Masjid Wapauwe adalah mukjizat. Semua pesona masjid sayang sekali jika dibiarkan begitu saja. Melengkapi Ramadan yang tinggal menghitung hari, tidak ada salahnya untuk berwisata religi ke masjid penuh sejarah dan pesona ini.
 
Top